"Harganya Rp 400 ribu, isinya dua bungkus asli buatan Jepang. Kemasan ada kardus dan kotak kayu," kata Subhan berpromosi saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya Ahad lalu. "Kalau kardus harga Rp 350 ribu tapi nggak tahan lama dan mudah pecah."
Sudah dua tahun Subhan mengelola toko menjual obat kebutuhan seks seperti ini. Selama itu pula dirinya tanpa malu atau dibebani tanggung jawab moral memenuhi keperluan perempuan sudah tidak perawan.
Sampai-sampai dia memberi tips khusus cara memakai selaput dara imitasi. "Kalau vagina kering, selaput dara dibasahi dulu dengan air," ujar Subhan. "Bisa dipakai setengah jam sebelum berhubungan, nanti pura-pura saja kesakitan."
Bukan hanya soal produk, Subhan juga kedengaran malu-malu saat mengungkapkan penghasilannya dari bisnis ini. Meski tidak besar, dia mengaku senang menjalani usaha lewat sebuah toko di bilangan Bintaro, Jakarta Selatan itu.
Dia mengungkapkan sudah memiliki empat agen dan mempunyai banyak pelanggan di luar kota. Dia biasanya membeli 15 sampai 20 bus dari agen seharga Rp 270 ribu per dus dan dijual Rp 400 ribu. "Sehari bisa terjual dua sampai tiga dus. Jadi sebulannya lumayan lah," tuturnya.
Pakar andrologi dan seksologi Profesor Doktor Wimpie Pangkahila mengatakan barang semacam itu tidak jelas kegunaannya selain untuk mengelabui para pelanggan kebanyakan gadis tak perawan.
Dia menegaskan obat-obatan seks diklaim herbal itu palsu. "Banyak bohongnya, apalagi yang berkaitan dengan seks dan sederet nama herbal. Semua ditawarkan itu harusnya berdasarkan bukti medis," kata lelaki lulusan Universitas Udayana, Bali, ini.
Ternyata ada cara dianggap lebih aman dan rasional, yaitu operasi selaput dara atau hymenoplasty dibanderol belasan juta rupiah. Caranya dengan menjahit selaput dara robek atau dipasang selaput dara palsu. "Operasi kecil ini memungkinkan pasien dapat berhubungan intim empat sampai enam minggu setelah pembedahan," ujar dokter ahli ginekologi Prima Progestian dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya, seperti dikutip dari drprima.com.
Profesor Wimpie memiliki pendapat sendiri terkait polemik arti keperawanan. Menurut dia, keperawanan seseorang tidak dapat diukur hanya dari selaput dara. Keluar darah saat hubungan badan pertama kali adalah citra masa lalu. "Kalau perempuannya nggak terangsang, nggak bisa (keluar darah). Keperawanan itu nggak bisa dilihat dari fisik," tuturnya.
Tak sampai di situ, Wimpie juga mengkritik fenomena operasi selaput dara untuk mendapatkan keperawanan. Dia menuding dokter melakukan praktek hymenoplasty cuma sekadar mencari fulus semata.
Dia menjelaskan oeprasi selaput dara tidak otomatis menjadikan bersenggama lebih nikmat. Hanya pengalaman bisa menentukan kenikmatan bercinta. "Kalau mau operasi otot vagina itu pun untuk orang sudah melahirkan.Nggak ada itu operasi selaput dara, itu hanya untuk bisnis saja," katanya dengan nada kesal.
[fas] merdeka.com